Maya Bay |
Hari kedua kami akan dimanfaatkan untuk tur ke pulau Phi-Phi. Tur ke pulau yang sering dikenal sebagai pulau Leonardo Di Caprio itu tersedia dengan transportasi speedboat maupun kapal besar. Tur dengan speedboat lebih mahal karena tempat yang dikunjungi lebih banyak dan peserta tur lebih sedikit, namun waktu tempuhnya lebih cepat daripada kapal besar. Awalnya aku sempat ragu naik speedboat takut mabuk, tapi dengan pertimbangan jalannya lebih cepat akhirnya aku memilih speedboat. Jemputan ke tur Phi-Phi kira-kira datang jam 8. Kami bangun jam 6, aku dan Nana sengaja nggak mandi, karena hari sebelumnya sudah mandi terlalu malam. :-P Begitu Vivi selesai mandi, kami berjalan ke Seven Eleven dekat penginapan untuk membeli sarapan sekalian top-up pulsa. Aku dan Nana membeli dua croissant seharga 12 THB per biji dan 1 roti kismis seharga 18 THB. Lalu kami kembali ke Sea Blue untuk sarapan, pukul 07.45 kami turun ke lobi untuk menunggu jemputan.
Ternyata jemputan baru datang pukul 8 lebih 5 menit. Van yang menjemput kami sudah penuh dan hanya menyisakan 5 tempat duduk. Aku memilih duduk di bagian tengah bersebelahan dengan pasangan suami istri asal Indonesia. Nana dan Vivi duduk di belakangku. Kursi belakang sudah dipenuhi serombongan bule yang sepanjang perjalanan terus mengoceh atau bahasa Jawanya epyek. Di bangku depan, ada seorang bule cowok. Setelah menjemput kami, van masih menjemput penumpang lain, yaitu dua orang cowok berwajah Asia Selatan, entah orang India atau Pakistan.
Perjalanan menuju dermaga memakan waktu kira-kira 45 menit. Sampai di dermaga kami diberi benang wol bernama pink sebagai penanda grup. Di dermaga disediakan teh dan kopi untuk dinikmati sembari menunggu masuk speedboat, di dalam speedboat penumpang juga disuguhi air mineral dan minuman ringan. Sebelum masuk kapal, guide kami yang bernama Edi melakukan briefing soal rute dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kemudian kami digiring menuju kapal, sebelum masuk kapal setiap rombongan difoto terlebih dahulu. Sambil menunggu giliran, aku mengobrol dengan Yanti yang berasal dari Bogor. Dia ke Phuket bersama temannya Diana dan dua teman cowok mereka yang aku nggak tahu namanya. Akhirnya kami masuk kapal, karena masuk belakangan, kami hanya kebagian tempat duduk yang tersisa. Aku dan Nana duduk bersebelahan, aku kembali duduk bersebelahan dengan pasangan Indonesia tadi (Icha dan suaminya). Vivi duduk bersebelahan dengan rombongan bule epyek tadi dan Diana.
Bule-bule itu terdiri dari dua cewek yang kami sebut si bulu mata palsu (heran deh ni cewek mau snorkling pake bulu mata palsu) dan si kacamata besar (karena kacamatanya nggak sinkron dengan mukanya yang mungil), dan lima cowok: si bodong, kolor ijo, kolor oranye, kolor item dan si tinggi. Para kolor ini memakai celana bertuliskan Phuket hanya warnanya yang berbeda, dan ups, celana dalam mereka pun sama. Begitu waktunya berenang para kolor ini langsung memamerkan undies bermerek Bonds.
Speedboat berjalan pelan ketika sampai di Viking Cave. Di sini penumpang hanya bisa foto-foto dari atas kapal dan tidak bisa turun. Lima belas menit kemudian, kapal kembali berjalan dengan kecepatan lebih cepat. Sampailah kami di Maya Bay yang menjadi lokasi syuting film the Beach yang dibintangi idola masa laluku, Leonardo Di Caprio. Berhubung tamu bulananku datang di waktu yang tidak tepat, aku nggak bisa snorkling atau basah-basahan di pantai. Yo wis, aku hanya foto-foto hingga waktunya kami naik kapal. Tujuan selanjutnya adalah Monkey beach, di sini penumpang bisa memberi semangka pada monyet. Dan, yang nyebelin adalah ketika salah seorang guide memberi salah seekor monyet Coca Cola langsung dari botol. Seharusnya si guide ini memberi contoh yang baik, bukannya menyiksa si monyet.
Viking Cave |
Di sini kami hanya diberi waktu lima belas menit kemudian kami kembali masuk kapal menuju Pileh bay untuk snorkling di tengah laut selama 45 menit. Selama itu aku hanya duduk-duduk di dalam kapal, sementara Nana sempat nyemplung sebentar. Setelah Pileh tujuan selanjutnya adalah makan siang di pulau Phi-phi Don. Menu makan siang prasmanan adalah tom yam nggak pedas, ikan goreng tepung, spaghetti. Rasanya sih biasa banget.
Selesai makan siang masih ada sisa waktu untuk bersantai di pantai atau melihat-lihat cenderamata. Oh, ya toilet di sini bersih dan gratis pula. Jam setengah satu kapal kembali bergerak, kali ini menuju pulau Khai yang merupakan tujuan terakhir kami. Di pulau kecil berpasir putih dan berkarang ini kami diberi waktu satu setengah jam. Khai sangat kecil, dan tidak ada pemukiman di sini, yang ada biawak. Kami pun hanya duduk-duduk di bebatuan, sebelum tergoda untuk bermain di pantai. Toilet di sini jorok, dan nggak gratis. Untung aku nggak kepengen pipis. Setelah waktu habis, guide memanggil grup kami untuk masuk kapal. Namun, walau sudah diberitahu jam berapa harus kembali ke kapal tetap saja ada yang ngaret.
Bodong bersaudara termasuk yang ngaret, karena mereka mampir dulu ke bar, terlihat dari minuman yang mereka bawa. Si bulu mata palsu membawa bir, si kacamata besar, kolor item dan bodong membawa pina colada di dalam kapal. Rombongan yang terakhir masuk adalah sekeluarga asal Australia (tapi berwajah Asia Selatan).
Perjalanan menuju ke dermaga hanya membutuhkan waktu 15 menit. Di dermaga kami kembali dijemput oleh van yang sama dan tentu saja dengan penumpang yang sama pula. Bodong bersaudara kembali menguasai kursi belakang, aku, Nana dan Vivi kali ini duduk sebangku di jok belakang sopir. Dua cowok Asia Selatan duduk di samping sopir. Icha dan suami duduk di belakangku, dan si bule solo traveler tergusur duduk di samping suami Icha. Jika pas berangkat kami mendapat giliran dijemput akhir, saat kembali ke penginapan pun kami kembali diantar akhir. Bodong bersaudara mendapat giliran pertama, kemudian si solo traveler, disusul Icha dan suaminya setelah itu van menurunkan kami di depan Sea Blue.
Sampai di kamar, kami langsung bergiliran mandi. Setelah badan segar kami mencari makan malam di Banzaan market. Aku dan Vivi membeli sate babi seharga 10 THB/tusuk, Nana membeli bakso ikan. Sambil makan kami mencari makanan lain yang lebih berat. Pilihan Nana jatuh pada bihun yang rasanya super manis, Vivi membeli iga babi sementara aku membeli ayam goreng seharga 30 THB namun sayang nasinya ketan bukan nasi biasa. Lalu kami berjalan kembali ke penginapan untuk makan malam.