Rabu, 07 November 2012

Day 3 Lost in Patong

Hari ketiga di Phuket, kami hanya ingin berjalan-jalan di sekitar Patong. Berjalan-jalan dalam arti sebenarnya alias pergi ke tempat-tempat yang bisa ditempuh dengan kaki. Setelah sarapan roti kismis yang di beli kemarin, kami berjalan kaki menuju pantai Patong. Sebelumnya kami bertanya arah ke si tante yang berjaga pagi di Sea Blue. Kami pun berjalan menuju Jungceylon mall, si tante bilang kami bisa menyusuri Jungceylon dan akan menemukan Bangla road untuk menuju pantai. Tapi mall masih tutup, kami pun bertanya kepada satpam mall yang tidak bisa berbahasa Inggris. Dia menunjukkan dengan tangan, dan saat ditanya macam-macam hanya bisa berkata "yes,yes" sambil mengangguk-angguk. Ok, berdasarkan bapak itu kami belok kanan dan akan menemukan jalan ke pantai. 
Kami menuruti petunjuk si bapak tapi malah memutari mall itu. Kami pun kembali bertanya pada penjaga pintu mall, sekali lagi di antara ketiga bapak yang berjaga tak ada yang bisa berbahasa Inggris. Mereka kembali menyuruh kami belok kanan. Kami belum menemukan jalan menuju pantai dan berjalan tanpa arah. Akhirnya kami mampir di SeVel untuk membeli minum, tadinya sih pengen beli Pocari Sweat tapi nggak nemu. Nanya ke pelayan, dia nggak ngerti maksudku. Anehnya pas ditanya jalan menuju pantai dia bisa bilang 20 menit jalan kaki. Kami kembali berjalan dan menyeberang lalu belok kiri. Dari kejauhan kami melihat pantai dan tidak perlu berjalan selama 20 menit. Yeay, ketemu juga. 
Pantai Patong yang mirip Anyer

Pas menemukan peta, baru ketahuan kami berjalan terlalu jauh, padahal jika melewati Bangla road kami hanya perlu berjalan 10 menit saja. Sampai di pantai, kami menyewa kursi pantai dengan tarif 100 THB/kursi untuk seharian dari seorang cowok yang mengaku bernama Tsunami. Cowok berkulit hitam legam ini mirip banget dengan mas-mas yang ada di pantai Kuta. Berkali-kali Tsunami menawari kami untuk bermain jet ski, banana boat atau parasailing. Semuanya kami tolak, kami memberi alasan "we don't want to get wet." Sebenarnya alasanku karena nggak mau menghabiskan banyak uang di Phuket, setelah Phuket kami masih akan pergi ke Bangkok. Kami berkali-kali menolak tawarannya, Tsunami jadi ngomel-ngomel nggak jelas dan sasarannya adalah Vivi, karena dia yang ditawari. 
Pantai Patong ini biasa banget, nggak ada yang istimewa. Menurutku sih mirip Anyer apa Kuta. Berhubung masih pagi, pantai masih sepi, hanya ada beberapa bule yang sedang berjemur dan bermain air. Beda banget dengan Phi-Phi yang rame. Kami cuma main ombak sebentar dan nggak seharian di pantai itu. Jam 11 kami meninggalkan pantai untuk kembali ke Sea Blue, jam 12 Mr. Pu akan datang untuk mengantarkan tiket bus ke Bangkok. Kali ini kami ingin melewati jalur yang benar alias melewati Bangla road. Berdasarkan peta untuk menuju Bangla road kami harus menemukan pos polisi. Berjalan sampai ujung pantai dan kami menemukan pos polisi, kami belok kanan dan menyusuri di Bangla road. Di sepanjang jalan itu penuh bar, yup daerah ini merupakan pusat kehidupan malam di Patong. Sayangnya nggak berkesempatan muter-muter Bangla pas malam. Berhubung perut sudah keroncongan kami celingak-celinguk untuk mencari tahu apakah diantara bar-bar ini ada warung makan. 
Ketika melongok ke salah satu gang kami menemukan tempat makan. Ada yang menjual makanan prasmanan yang mirip masakan Padang ada juga yang menjual Chinese food. Pilihan kami jatuh pada Chinese food. Aku makan mie goreng babi seharga 50 THB. Rasa masakannya manis, mie yang digunakan mirip dengan kwetiaw Bangka, bentuknya besar-besar. Setelah kenyang kami kembali menyusuri Bangla dan berhenti di penjual buah untuk membeli semangka, nanas dan air kelapa. 
Mie goreng super manis.

Perjalanan berlanjut menuju Sea Blue. Jam 12 Mr. Pu datang dan setelah memberikan tiket dia pergi. Lalu kami berjalan ke Family Mart untuk membeli lem untuk sol sepatuku sekalian membeli air mineral. Ternyata harga air mineral di sini lebih murah daripada SeVel, harganya selisih 5 THB. Lumayan banyak kan. Sorenya kami pergi ke Jungceylon mall untuk makan malam dan jalan-jalan. Mall ini cukup besar dan mengingatkan pada Bugis Junction. Namun, di sini ada kolam besar lengkap dengan replika kapal dan air mancur. Setiap jam 7 malam ada pertunjukan air mancur yang cukup menyedot perhatian pengunjung. Sebelum makan malam kami menonton film 4D yang hanya berdurasi 15 menit. Tiketnya seharga 250 THB, kita bebas memilih film apa yang ingin ditonton dari empat film yang ditawarkan. Pilihan kami jatuh pada film dengan tema horor di pertambangan, yang sebenarnya nggak jelas juga ceritanya apaan. Saat menonton aku teringat pada wahana Revenge of the Mummy di Universal Studios Singapore. Perut terguncang-guncang, untung kami belum makan jadi perut aman. 
Replika kapal dan air mancur di Jumgceylon Mall

Selesai nonton tujuan berikutnya adalah makan di Foodhaven, foodcourt yang bersistem pembayaran sama dengan Urban Kitchen. Sayangnya pilihan makanan di sini sedikit, akhirnya aku sama Nana makan nasi ca kangkung plus babi krispi sepiring berdua. Porsinya lumayan gede sih. Habis makan kami ke toko buku, dan jam 7 nonton pertunjukan air mancur, setelah itu kami balik ke penginapan untuk berkemas-kemas, karena besok adalah hari terakhir kami di pulau Phuket.