Hari ini, Minggu 15 Mei 2011 merupakan hari ketigaku di negeri Singa. Jadwal kunjungan hari ini adalah Chinese Garden. Bangun tidur,mandi terus sarapan roti, dan berjalan kaki menuju stasiun MRT Bugis.
Sampai di stasiun aku dan adikku top-up EZ Link senilai SGD 10. Urusan top-up kelar, kita menuju MRT arah Boon Lay dan turun di stasiun MRT Chinese Garden.
Dari stasiun MRT jalan kaki ke Chinese Garden tidak memerlukan banyak tenaga, saking dekatnya. Untuk masuk kita tidak perlu membayar tiket alias gratis. Tetapi bila hendak masuk tempat tertentu seperti tempat kura-kura atau taman bonsai harus bayar.
Sesuai dengan Chinese Garden adalah taman bergaya China lengkap dengan pagoda, patung filsuf Konfusius bernama Kong Fu tze, dan kolam ikan. Taman bergaya Jepang disebut dengan Japanese Garden.
Meski hari minggu dan gratis, Chinese Garden cukup sepi pengunjung. Di antara para pengunjung tampak segerombolan perempuan berbahasa Jawa yang kemungkinan besar adalah para pahlawan devisa negara kita (TKW). TKW yang kami temui di sana ada dua jenis yang pertama berpakaian biasa jeans dan kaos, sedangkan yang kedua berpakaian penuh gaya ala mbak-mbak karyawati lengkap dengan stocking, highheels dan tas kerja. Selain TKW juga ada warga lokal yang berolahraga mulai dari joging hingga naik turun pagoda yang berlantai 7. Ada juga pasangan yang sedang foto-foto pre-wed.
Tujuan pertama kami adalah pagoda, setelah naik hingga lantai tujuh kami turun dan istirahat di bawah pohon yang terletak di depan pagoda. Perut keroncongan tapi kami tidak menemukan adanya foodcourt atau penjual makanan di Chinese Garden. Hanya ada penjual minuman dan es krim di depan pintu masuk.
Rupanya orang-orang membawa makanan dari luar bila ingin makan siang di Chinese Garden. Itulah mengapa kami selalu berpapasan dengan orang-orang yang menenteng tas plastik berisi makanan. Dalam keadaan lapar kami berkeliling Chinese Garden, sambil berharap menemukan penjual makanan. Tapi ternyata tidak ada penjual makanan satu pun. Berhubung perut sudah tidak mau diajak kompromi kami memutuskan kembali ke stasiun MRT, sambil mampir membeli es krim seharga SGD 1 di depan pintu masuk Chinese Garden.
Sampai di stasiun, ternyata ada minimarket di samping stasiun. Di minimarket itu tersedia mie instan lengkap dengan air panas. Namun, berhubung tidak ada tempat makan dan malas kalau harus balik ke Chinese Garden lagi untuk makan, kami memutuskan meninggalkan Chinese Garden menuju Chinatown, again.
Di Chinatown kami menemukan Hong Lim hawker center. Menu pilihanku kali ini adalah noodle with meat. Walau judulnya meat yang seharusnya daging sapi tapi rasa baksonya babi banget. Habis makan kembali ke Pagoda Street karena temanku dan adiknya mau beli oleh-oleh.
Aku dan adikku memilih untuk duduk manis di taman yang ada di jembatan penghubung. Nggak lama kemudian temanku menyusul bersama adiknya. Setelah bengong (lagi), kami memikirkan destinasi selanjutnya. Dan, destinasi yang terpilih adalah Clarke Quay.
Dari Chinatown ke Clarke Quay tidak perlu berganti jalur, cukup naik yang ke arah Punggol dan turun di stasiun MRT Clarke Quay.
Di Clarke Quay sedang ada bazar, entah itu hanya ada pada hari Minggu atau hari lain ada. Dalam bazar itu ada yang berjualan makanan, pakaian, dan kursi pompa dengan sarung karakter kartun. Aku memutuskan membeli satu kursi dengan karakter Tigger dalam Winnie the Pooh seharga SGD 15.
Sempat melihat-lihat baju-baju ala Korea seharga SGD 15, tapi nggak beli dan sekarang nyesel soalnya di ITC Kuningan harganya bisaRp 200 ribuan. Di Clarke Quay banyak cafe dan bar di sepanjang bantaran sungai.
Setelah berkeliling sebentar dan numpang duduk di salah satu cafe yang kebetulan tutup, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke hostel. Dari Clarke Quay kami naik MRT arah Harbourfront dan turun di Outram Park untuk berganti jalur East West Line ke ke Pasir Ris/Changi lalu turun di Bugis.
Sampai di Bugis, sekali lagi kami mampir di Bugis Junction untuk makan malam. Jembatan penghubung di Chinatown dan Bugis Junction secara tidak sengaja menjadi tempat favorit kami.
Menu makan malam kali ini adalah mie rebus seharga SGD 4 di foodcourt. Selain menjual mie kedai itu menjual nasi Padang. Mie rebusnya nggak sesuai keinginan, karena bukan mie Jawa (yang berkuah dan seger) tapi mie dengan kuah kental mirip mie Ongklok khas Wonosobo. Orang-orang biasanya akan berkomentar "jauh-jauh ke luar negeri kok yang dicari makanan Indonesia?" Tapi, jujur aku lebih suka makanan Indonesia, dan memilih beli mie rebus karena ku pikir itu mie rebus ala mie Jawa. Sementara adik temenku, berkali-kali mengatakan ingin makan bakso dan tidak menemukan si penjual bakso.
Setelah perut kenyang, jalan kaki menuju hostel. Sampai hostel langsung mandi, sikat gigi dan berbaring di tempat tidur sambil merem melek karena masih terlalu sore buat tidur, tapi nggak tahu mau ngapain lagi gara-gara kaki sakit. Perjalanan kami penuh dengan berjalan kaki, dari dan ke stasiun MRT. Saat transit di stasiun MRT jarak yang ditempuh juga lumayan panjang. Kira-kira setara dengan kalau transit busway di halte Dukuh Atas atau Semanggi. Lumayan bikin kaki gempor.
Tips buat yang mau mengunjungi Chinese Garden:
1. Jangan lupa membawa makanan, atau mampir dulu ke minimarket di samping stasiun MRT Chinese Garden.
2. Jangan lupa bawa payung atau topi untuk melindungi diri dari sengatan matahari atau hujan saat musim hujan. Kecuali anda memang berniat menggosongkan kulit ya nggak perlu bawa topi atau payung.
Sampai di stasiun aku dan adikku top-up EZ Link senilai SGD 10. Urusan top-up kelar, kita menuju MRT arah Boon Lay dan turun di stasiun MRT Chinese Garden.
Dari stasiun MRT jalan kaki ke Chinese Garden tidak memerlukan banyak tenaga, saking dekatnya. Untuk masuk kita tidak perlu membayar tiket alias gratis. Tetapi bila hendak masuk tempat tertentu seperti tempat kura-kura atau taman bonsai harus bayar.
Sesuai dengan Chinese Garden adalah taman bergaya China lengkap dengan pagoda, patung filsuf Konfusius bernama Kong Fu tze, dan kolam ikan. Taman bergaya Jepang disebut dengan Japanese Garden.
Meski hari minggu dan gratis, Chinese Garden cukup sepi pengunjung. Di antara para pengunjung tampak segerombolan perempuan berbahasa Jawa yang kemungkinan besar adalah para pahlawan devisa negara kita (TKW). TKW yang kami temui di sana ada dua jenis yang pertama berpakaian biasa jeans dan kaos, sedangkan yang kedua berpakaian penuh gaya ala mbak-mbak karyawati lengkap dengan stocking, highheels dan tas kerja. Selain TKW juga ada warga lokal yang berolahraga mulai dari joging hingga naik turun pagoda yang berlantai 7. Ada juga pasangan yang sedang foto-foto pre-wed.
Tujuan pertama kami adalah pagoda, setelah naik hingga lantai tujuh kami turun dan istirahat di bawah pohon yang terletak di depan pagoda. Perut keroncongan tapi kami tidak menemukan adanya foodcourt atau penjual makanan di Chinese Garden. Hanya ada penjual minuman dan es krim di depan pintu masuk.
Rupanya orang-orang membawa makanan dari luar bila ingin makan siang di Chinese Garden. Itulah mengapa kami selalu berpapasan dengan orang-orang yang menenteng tas plastik berisi makanan. Dalam keadaan lapar kami berkeliling Chinese Garden, sambil berharap menemukan penjual makanan. Tapi ternyata tidak ada penjual makanan satu pun. Berhubung perut sudah tidak mau diajak kompromi kami memutuskan kembali ke stasiun MRT, sambil mampir membeli es krim seharga SGD 1 di depan pintu masuk Chinese Garden.
Sampai di stasiun, ternyata ada minimarket di samping stasiun. Di minimarket itu tersedia mie instan lengkap dengan air panas. Namun, berhubung tidak ada tempat makan dan malas kalau harus balik ke Chinese Garden lagi untuk makan, kami memutuskan meninggalkan Chinese Garden menuju Chinatown, again.
Di Chinatown kami menemukan Hong Lim hawker center. Menu pilihanku kali ini adalah noodle with meat. Walau judulnya meat yang seharusnya daging sapi tapi rasa baksonya babi banget. Habis makan kembali ke Pagoda Street karena temanku dan adiknya mau beli oleh-oleh.
Aku dan adikku memilih untuk duduk manis di taman yang ada di jembatan penghubung. Nggak lama kemudian temanku menyusul bersama adiknya. Setelah bengong (lagi), kami memikirkan destinasi selanjutnya. Dan, destinasi yang terpilih adalah Clarke Quay.
Dari Chinatown ke Clarke Quay tidak perlu berganti jalur, cukup naik yang ke arah Punggol dan turun di stasiun MRT Clarke Quay.
Di Clarke Quay sedang ada bazar, entah itu hanya ada pada hari Minggu atau hari lain ada. Dalam bazar itu ada yang berjualan makanan, pakaian, dan kursi pompa dengan sarung karakter kartun. Aku memutuskan membeli satu kursi dengan karakter Tigger dalam Winnie the Pooh seharga SGD 15.
Sempat melihat-lihat baju-baju ala Korea seharga SGD 15, tapi nggak beli dan sekarang nyesel soalnya di ITC Kuningan harganya bisaRp 200 ribuan. Di Clarke Quay banyak cafe dan bar di sepanjang bantaran sungai.
Setelah berkeliling sebentar dan numpang duduk di salah satu cafe yang kebetulan tutup, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke hostel. Dari Clarke Quay kami naik MRT arah Harbourfront dan turun di Outram Park untuk berganti jalur East West Line ke ke Pasir Ris/Changi lalu turun di Bugis.
Sampai di Bugis, sekali lagi kami mampir di Bugis Junction untuk makan malam. Jembatan penghubung di Chinatown dan Bugis Junction secara tidak sengaja menjadi tempat favorit kami.
Menu makan malam kali ini adalah mie rebus seharga SGD 4 di foodcourt. Selain menjual mie kedai itu menjual nasi Padang. Mie rebusnya nggak sesuai keinginan, karena bukan mie Jawa (yang berkuah dan seger) tapi mie dengan kuah kental mirip mie Ongklok khas Wonosobo. Orang-orang biasanya akan berkomentar "jauh-jauh ke luar negeri kok yang dicari makanan Indonesia?" Tapi, jujur aku lebih suka makanan Indonesia, dan memilih beli mie rebus karena ku pikir itu mie rebus ala mie Jawa. Sementara adik temenku, berkali-kali mengatakan ingin makan bakso dan tidak menemukan si penjual bakso.
Setelah perut kenyang, jalan kaki menuju hostel. Sampai hostel langsung mandi, sikat gigi dan berbaring di tempat tidur sambil merem melek karena masih terlalu sore buat tidur, tapi nggak tahu mau ngapain lagi gara-gara kaki sakit. Perjalanan kami penuh dengan berjalan kaki, dari dan ke stasiun MRT. Saat transit di stasiun MRT jarak yang ditempuh juga lumayan panjang. Kira-kira setara dengan kalau transit busway di halte Dukuh Atas atau Semanggi. Lumayan bikin kaki gempor.
Tips buat yang mau mengunjungi Chinese Garden:
1. Jangan lupa membawa makanan, atau mampir dulu ke minimarket di samping stasiun MRT Chinese Garden.
2. Jangan lupa bawa payung atau topi untuk melindungi diri dari sengatan matahari atau hujan saat musim hujan. Kecuali anda memang berniat menggosongkan kulit ya nggak perlu bawa topi atau payung.