Selasa, 24 Mei 2011

Kelaparan di Chinese Garden

Hari ini, Minggu 15 Mei 2011 merupakan hari ketigaku di negeri Singa. Jadwal kunjungan hari ini adalah Chinese Garden. Bangun tidur,mandi terus sarapan roti, dan berjalan kaki menuju stasiun MRT Bugis.

Sampai di stasiun aku dan adikku top-up EZ Link senilai SGD 10. Urusan top-up kelar, kita menuju MRT arah Boon Lay dan turun di stasiun MRT Chinese Garden.

Dari stasiun MRT jalan kaki ke Chinese Garden tidak memerlukan banyak tenaga, saking dekatnya. Untuk masuk kita tidak perlu membayar tiket alias gratis. Tetapi bila hendak masuk tempat tertentu seperti tempat kura-kura atau taman bonsai harus bayar.

Sesuai dengan Chinese Garden adalah taman bergaya China lengkap dengan pagoda, patung filsuf Konfusius bernama Kong Fu tze, dan kolam ikan. Taman bergaya Jepang disebut dengan Japanese Garden.

Meski hari minggu dan gratis, Chinese Garden cukup sepi pengunjung. Di antara para pengunjung tampak segerombolan perempuan berbahasa Jawa yang kemungkinan besar adalah para pahlawan devisa negara kita (TKW). TKW yang kami temui di sana ada dua jenis yang pertama berpakaian biasa jeans dan kaos, sedangkan yang kedua berpakaian penuh gaya ala mbak-mbak karyawati lengkap dengan stocking, highheels dan tas kerja. Selain TKW juga ada warga lokal yang berolahraga mulai dari joging hingga naik turun pagoda yang berlantai 7. Ada juga pasangan yang sedang foto-foto pre-wed.

Tujuan pertama kami adalah pagoda, setelah naik hingga lantai tujuh kami turun dan istirahat di bawah pohon yang terletak di depan pagoda. Perut keroncongan tapi kami tidak menemukan adanya foodcourt atau penjual makanan di Chinese Garden. Hanya ada penjual minuman dan es krim di depan pintu masuk.

Rupanya orang-orang membawa makanan dari luar bila ingin makan siang di Chinese Garden. Itulah mengapa kami selalu berpapasan dengan orang-orang yang menenteng tas plastik berisi makanan. Dalam keadaan lapar kami berkeliling Chinese Garden, sambil berharap menemukan penjual makanan. Tapi ternyata tidak ada penjual makanan satu pun. Berhubung perut sudah tidak mau diajak kompromi kami memutuskan kembali ke stasiun MRT, sambil mampir membeli es krim seharga SGD 1 di depan pintu masuk Chinese Garden.

Sampai di stasiun, ternyata ada minimarket di samping stasiun. Di minimarket itu tersedia mie instan lengkap dengan air panas. Namun, berhubung tidak ada tempat makan dan malas kalau harus balik ke Chinese Garden lagi untuk makan, kami memutuskan meninggalkan Chinese Garden menuju Chinatown, again.

Di Chinatown kami menemukan Hong Lim hawker center. Menu pilihanku kali ini adalah noodle with meat. Walau judulnya meat yang seharusnya daging sapi tapi rasa baksonya babi banget. Habis makan kembali ke Pagoda Street karena temanku dan adiknya mau beli oleh-oleh.

Aku dan adikku memilih untuk duduk manis di taman yang ada di jembatan penghubung. Nggak lama kemudian temanku menyusul bersama adiknya. Setelah bengong (lagi), kami memikirkan destinasi selanjutnya. Dan, destinasi yang terpilih adalah Clarke Quay.

Dari Chinatown ke Clarke Quay tidak perlu berganti jalur, cukup naik yang ke arah Punggol dan turun di stasiun MRT Clarke Quay.

Di Clarke Quay sedang ada bazar, entah itu hanya ada pada hari Minggu atau hari lain ada. Dalam bazar itu ada yang berjualan makanan, pakaian, dan kursi pompa dengan sarung karakter kartun. Aku memutuskan membeli satu kursi dengan karakter Tigger dalam Winnie the Pooh seharga SGD 15.

Sempat melihat-lihat baju-baju ala Korea seharga SGD 15, tapi nggak beli dan sekarang nyesel soalnya di ITC Kuningan harganya bisaRp 200 ribuan. Di Clarke Quay banyak cafe dan bar di sepanjang bantaran sungai.

Setelah berkeliling sebentar dan numpang duduk di salah satu cafe yang kebetulan tutup, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke hostel. Dari Clarke Quay kami naik MRT arah Harbourfront dan turun di Outram Park untuk berganti jalur East West Line ke ke Pasir Ris/Changi lalu turun di Bugis.

Sampai di Bugis, sekali lagi kami mampir di Bugis Junction untuk makan malam. Jembatan penghubung di Chinatown dan Bugis Junction secara tidak sengaja menjadi tempat favorit kami.

Menu makan malam kali ini adalah mie rebus seharga SGD 4 di foodcourt. Selain menjual mie kedai itu menjual nasi Padang. Mie rebusnya nggak sesuai keinginan, karena bukan mie Jawa (yang berkuah dan seger) tapi mie dengan kuah kental mirip mie Ongklok khas Wonosobo. Orang-orang biasanya akan berkomentar "jauh-jauh ke luar negeri kok yang dicari makanan Indonesia?" Tapi, jujur aku lebih suka makanan Indonesia, dan memilih beli mie rebus karena ku pikir itu mie rebus ala mie Jawa. Sementara adik temenku, berkali-kali mengatakan ingin makan bakso dan tidak menemukan si penjual bakso.

Setelah perut kenyang, jalan kaki menuju hostel. Sampai hostel langsung mandi, sikat gigi dan berbaring di tempat tidur sambil merem melek karena masih terlalu sore buat tidur, tapi nggak tahu mau ngapain lagi gara-gara kaki sakit. Perjalanan kami penuh dengan berjalan kaki, dari dan ke stasiun MRT. Saat transit di stasiun MRT jarak yang ditempuh juga lumayan panjang. Kira-kira setara dengan kalau transit busway di halte Dukuh Atas atau Semanggi. Lumayan bikin kaki gempor.

Tips buat yang mau mengunjungi Chinese Garden:
1. Jangan lupa membawa makanan, atau mampir dulu ke minimarket di samping stasiun MRT Chinese Garden.
2. Jangan lupa bawa payung atau topi untuk melindungi diri dari sengatan matahari atau hujan saat musim hujan. Kecuali anda memang berniat menggosongkan kulit ya nggak perlu bawa topi atau payung.

Senin, 23 Mei 2011

Bugis, Little India, Chinatown, Marina Bay, Orchard Road: Jalan-jalan Tanpa Tujuan



Hari kedua kami menjadwalkan untuk pergi ke Little India dan Chinatown saja. Kenyataannya, setelah dua tempat itu dikunjungi kami bingung mau ke mana lagi, pada saat membuat jadwal kami berpikir banyak waktu yang terbuang karena kesasar. Ternyata kami tidak kesasar sama sekali. Itu semua karena petunjuk di MRT begitu mudah.

Dari hostel yang terletak di Bugis (menurut sopir taksi yang mengantar kami dari bandara sih tu hostel outside Bugis), kami berjalan kaki menuju Little India. Sebelumnya temenku mencari rute jalan kaki di Streetdirectory. Tujuan kami adalah kuil Veeramakaliamman, setelah ketemu kuil itu kami ingin ke Mustofa Center tapi gak tahu jalan. Akhirnya asal berjalan kaki tanpa arah, dan kemudian memutuskan mencari stasiun MRT terdekat dan menuju tujuan selanjutnya, Chinatown. Tetapi, tak disangka dan tak diduga kami menemukan Mustofa Center. Kami mampir di toko samping Mustofa yang menjual barang-barang 3 for SGD 10 untuk membeli oleh-oleh titipan ibuku.

Urusan oleh-oleh selesai, kami menuju stasiun MRT Farrer Park. Aku dan adikku mau membeli STP (Singapore Tourism Park), kartu yang bisa digunakan untuk naik bus atau MRT khusus untuk turis yang harganya bervariasi mulai dari SGD 8 untuk satu hari, SGD 16 untuk 2 hari dan SGD 24 untuk 3 hari, perlu diketahui kalau kartu itu unlimited artinya bila membeli SGD 8 bisa digunakan selama satu hari saja tapi sepuasnya. Sayangnya kartu itu hanya dijual di stasiun tertentu, dan di Farrer Park tidak tersedia. Si petugas loket memberi tahu kalau kartu itu tersedia di Chinatown tetapi loket hanya sampai jam 11, sementara waktu menunjukkan jam 10 lewat. Kami akhirnya memutuskan membeli EZ Link di loket, karena takut loket sudah tutup saat sampai di Chinatown. Kartu itu seharga SGD 12, dengan rincian SGD 5 deposit dan SGD 7 jumlah yang bisa digunakan. Aku menggunakan kartu itu selama 3 hari dan top-up sekali senilai SGD 10, saat pulang nilai masih tersisa SGD 4.

Urusan kartu selesai, kami langsung menuju MRT arah ke Harbourfront. Setelah melewati 3 stasiun, tibalah kami di stasiun MRT Chinatown. Kami menuju pintu keluar ke arah Pagoda Street, dengan tujuan hawker center yang ada di sana. Ternyata hawker center belum buka, mungkin baru buka sore hari. Akhirnya kami berjalan menuju People dan menemukan tempat makan murah meriah. Nasi ayam Hainam hanya seharga SGD 1.8. Kenyang makan nasi, aku dan adikku beli es krim pake wafer seharga SGD 1. Bingung mau ke mana lagi, akhirnya nongkrong di jembatan penghubung antara Lucky Chinatown dan People's Park Complex. Di jembatan itu ada taman kecil dengan dua gazebo dan tempat duduk.

Setelah bengong lama, akhirnya kita memutuskan pergi ke Marina Bay. Dari stasiun MRT Chinatown kami naik MRT arah Punggol berhenti di Dhoby Ghaut, dan ganti MRT arah Marina Bay. Dhoby Ghaut merupakan stasiun transit, bagi mereka yang mau pindah jalur dari North East Line ke North South Line di sinilah tempatnya. Chinatown ada di North East Line sementara Marina Bay ada di North South Line.

Sampai di stasiun MRT Marina Bay, untuk menuju Marina Bay Sands kami berjalan kaki kira-kira 500 m. Berhubung traveling kami kali ini mengusung tema irit jadi kami tidak naik ke Marina Bay Sands, kami nongkrong di dek sambil menikmati pemandangan di sana. Walau masih siang banyak juga orang yang joging di tempat itu. Ada juga bule paruh baya yang dengan cueknya joging hanya memakai celana pendek mini dan telanjang dada, pemandangan yang cukup mengganggu. Hahahaha............. karena tu bapak gak ada seksi-seksinya. Setelah dua jam, kami memutuskan pergi ke Orchard Road. Untuk menuju Orchard Road naik MRT tidak perlu berganti jalur.

Keluar dari stasiun MRT yang berada di mall Ion, kami beli es krim buat menambah tenaga kali ini pake roti tawar. Setelah itu sebenarnya tujuan kami adalah penjual makanan gorengan ala Korea yang ada di Orchard Road, tapi karena aku lupa letak persisnya jadinya kita malah makan di Lucky Plaza. Kali ini menu pilihanku adalah makanan tidak halal, iga babi kecap seharga SGD 4.5 dan jus jeruk seharga SGD 3 .

Habis makan muter-muter sebentar di Lucky Plaza lalu meluncur ke Bugis naik MRT. Dari stasiun MRT Orchard naik MRT arah Marina Bay turun di City Hall untuk pindah jalur ke East West Line yang arah Pasir Ris atau Changi. Turun di stasiun MRT Bugis, mampir di Bugis Junction beli gorengan ala Korea seharga SGD 7 yang di makan sambil jalan menuju hostel. Mampir duduk bentar di bangku yang ada di Victoria Street dalam perjalanan ke hostel. Gara-gara diliatin sama bapak-bapak as kita duduk sambil menikmati jajanan, kami memutuskan balik ke hostel. Nggak tahu tu bapak kenapa ngeliatin dengan tatapan aneh.

Sampai di hostel mandi, ngobrol bentar dan bobok. Walau sebenarnya gak bisa tidur pules, alias pake acara bangun berkali-kali karena ada aja orang berisik di luar kamar.

Aturan hostel sih jam 10 malam hingga 8 pagi ada larangan berbicara keras-keras, namun kenyataannya orang-orang pada ngobrol kenceng-kenceng seenak udel. Gak peduli jam 12 malam, jam 3 pagi or jam 5 pagi, tetep aja ada orang ngomong.

Kamis, 19 Mei 2011

Kapok Nginep di Hostel


Pertengahan Mei ini, aku dan adikku traveling ke negara tentangga, bersama teman adikku dan adiknya yang berangkat dari Yogyakarta. Aku dan adikku berangkat dari Jakarta.

Waktu beli tiket sebenarnya jadwal penerbangan jam 10 kurang, eh gak tahunya dipindah ke penerbangan jam 11.20. Bete, karena nyampe S'pore jam 3. Padahal udah pake acara cuti segala. Sehari sebelum berangkat nyaris membatalkan rencana traveling gara2 sakit dan kecapekan. Sakit bulanan (menstruasi) plus masuk angin mana Rabunya blusukan ke daerah Senen demi bikin artikel. Kamis liputan dalam keadaan gak enak badan, jadinya sepanjang acara ngemut permen jahe biar badan enak.

Jumat alias hari-H, thank God, badan udah waras, pesen taksi buat jam 8. Eh di telepon sama perusahaan taksi kalau tu taksi udah nongol. Berhubung udah siap langsungg cabut ke Soetta. Berhubung jalanan lancar jaya nyampe bandara g nyampe sejam, tp blm bs check in. Nunggu 30 menit buat check-in, setelah beres urusan bagasi dan check-in brunch di bandara.

Jam 11.20 siap mengangkasa. Nyampe Changi jam setengah tigaan, setelah ambil bagasi kita langsung menuju tempat taksi. Gak pake lama kita udah meluncur menuju tempat menginap di Bugis. Gak pake nyasar kita nyampe ABC Hostel dalam waktu kurang dari 30 menit. Ongkos taksi SGD 15. Kita milih taksi karena ogah membuang waktu nyeret2 koper dan nyasar kalau naik MRT atau bus, seperti yang dialami dua teman kita yang udah lebih dulu nyampe hostel naik bus.

Bicara soal hostel, benar-benar nggak cocok buat backpacker gadungan alias backpacker manja kayak kita. Kamar tempat kita menginap seharga SGD 98 untuk 4 malam seorang, tarif bed/hari SGD 24, untuk hari Senin tarifnya SGD 26 karena Selasanya public holiday (Waisyak). Ukuran kamar minimalis sekali, kira-kira ukurannya 2x4 meter. Ada dua tempat tidur tingkat yang ukurannya juga minimalis (gak bisa mbayangin kalau orang yg tingginya 170 cm lebih tidur di situ) dan 4 loker yang nggak ada gemboknya.

Begitu nyampe hostel ganti celana pendek lalu cari makanan ke Bugis Junction. ABC Hostel terletak di Jalan Kubor kalau ke Bugis Junction tinggal jalan kaki kira-kira 500 m. Sebenarnya dari bandara menuju hostel bisa naik bus atau MRT. Kalau naik MRT dari Changi turun di Tanah Merah trs naik yg menuju Jo Koon turun di Bugis.

Balik ke makanan, kita makan mie rebus sapi seharga SGD 4.5 udah sama teh panas (yg bener2 panas). Habis makan tergoda beli gorengan ala Korea 2 tusuk seharga SGD 4.

Habis itu jalan-jalan seputar Bugis sebentar dan berhubung gerimis mengundang kita memutuskan balik ke hostel.

Nyampe hostel, langsung mandi. Di ABC hostel ada 20 kamar (kalau gak salah) dengan isi kamar bervariasi mulai dari 1 org hingga yg plg byk 20 org. Yang paling dekat kamar kita ada 2 kamar mandi dan satu toilet, satu lagi toilet khusus orang berkebutuhan khusus. Ukuran kamar mandi gak kalah minimalis, kira-kira 1x1m. Susah sekali untuk bergerak tanpa menyentuh tembok yang basah padahal ukuran badanku tergolong minimalis alias kurus kering. Toilet ukurannya jauh lebih besar daripada kamar mandi, tapi rada jijay pas masuk karena sampah yg menumpuk.

Sebaiknya kalau mau buang hajat jam 5-6 pagi biar gak ngantre dan kondisi toilet belum "mengerikan" dengan tumpukan sampah, ada tempat sampah tapi kecil banget.

Aku secara pribadi gak cocok tinggal di hostel karena harus berbagi kamar mandi dan toilet dengan orang asing. Hostel umumnya memiliki jumlah kamar mandi dan toilet yang minimalis. Dan, setiap kali tanya ke pengelola hostel tentang jumlah kamar mandi dan toilet mrk selalu mengatakan jangan khawatir kita gak perlu antre meski jumlah sedikit sementara tamu banyak. Nah, pengelola ABC tidak menjawab pertanyaan jumlah toilet saat teman saya booking hostel lewat internet.

Buat kamu-kamu yang mau menginap di hostel ini, ada beberapa tips:
1. Jangan lupa bawa colokan kaki tiga, biar bisa nge-charge handphone atau baterai kamera.
2. Kalau dari dan ke Changi menuju hostel ini, bisa menggunakan taksi (buat yang ogah naik MRT). Ongkos taksi dari Changi SGD 15 dibagi dua sama adik jadinya seorang SGD 7.5. Waktu balik ke tanah air menuju bandara kita naik taksi berempat SGD 16.50 karena plus ongkos charge manggil taksi ke hostel. Sebenarnya ada juga bus jemputan dari dan ke bandara menuju hostel dengan tarif SGD7, tapi pada jam-jam tertentu.
3. Sekali lagi lebih baik menggunakan shower room dan toilet jam 5-6 pagi karena keadaan masih bersih.