Ternyata di Sinai, Mesir ada Mangga Dua lho. Tapi, Mangga Dua ini bukan
pusat belanja seperti di Jakarta melainkan nama toko souvenir. Saking banyaknya
peziarah yang ke Sinai sampai ada toko yang diberi nama Mangga Dua. Toko itu
terletak di desa Saint Catherine, Sinai, tepatnya di Hotel Morgenland. Selain
Mangga Dua di hotel Morgenland ada banyak toko yang menjual souvenir. Barang
yang dijual rata-rata sama berupa baju, poncho, gantungan kunci, piring
pajangan,bola salju dll. Harganya terjangkau dan bisa ditawar. Kebanyakan
penjual di sini bisa bahasa Indonesia dan enggak tahu kenapa enggak ada penjual
cewek semua cowok.
Waktu itu aku ngincer snowball satunya di kasih harga 5 USD. Aku tawar
10 USD tiga enggak di kasih. Dia turunin harga jadi 8 USD untuk dua snowball
tapi aku enggak mau. Sebenarnya harga segitu udah murah sih, aku mau balik lagi
buat beli snowball tapi males. Gara-garanya penjualnya bikin ilfeel, alay
banget. Ceritanya pas aku sama adik keluar toko mau naik bus tur yang lagi
nungguin peserta tur, eh tiba-tiba si penjual muncul dan nanyain namaku. Terus
dia bilang “Kamu cantik sekali.” Kebetulan di situ ada penjual lain yang lagi
ngumpul pada nyorakin. WTF. Langsung deh aku sama adikku kabur ke bus.
Hotel Morgenland sendiri kabarnya merupakan hotel terbaik di Saint
Catherine. Tapi, jangan harap akan mendapatkan layanan ala hotel bintang.
Bangunan hotel terdiri dari dua lantai dan enggak ada lift. Kamarnya lumayan
luas dengan twin bed, TV, kulkas dan telepon (enggak ada di semua kamar,kamarku
enggak ada tapi kamar ibuku ada). Di kamar mandi enggak ada bath tub hanya
shower dan kloset. Disediakan handuk dan sabun gratis. Klosetnya kotor ew…….
Berhubung enggak semua kamar memiliki saluran telepon, morning call
dilakukan dengan cara manual, yaitu ketuk pintu. Pelayan akan berkeliling
sambil ketuk pintu satu persatu. Oh iya di sini juga enggak ada fasilitas wifi.
Lokasi hotel di gurun dan kanan kirinya gunung berbatu. Pemandangannya
bagus sih, ada fasilitas kolam renang dan meskipun winter air kolam tetap diisi
penuh. Enggak tahu berapa jarak hotel ini dari desa karena kanan kiri enggak
melihat ada bangunan. Bisa di bilang hotel ini ada di antah berantah. Hotel ini
biasa ditempati peziarah yang mau naik gunung Sinai. Pas nginep di sana bareng
sama rombongan mantan menteri yang sedang berziarah sama kelurganya. Selain
bapak menteri kita juga ketemu rombongan ibu-ibu Batak yang juga berziarah.
Kayaknya sih waktu itu yang nginep orang Indonesia semua.
Sama kayak di toko-toko souvenir, di hotel inipun enggak terlihat ada
cewek lokal. Pelayan cowok semua, tukang masak juga cowok, resepsionisnya
enggak tahu cowok apa cewek karena lokasi kamar jauh dari resepsionis. Makanan
di sini kurang enak dan karena cuaca dingin makanan yang disajikan pun jadi
dingin semua.
Pas sampai di hotel, udah malam perut lapar dan dinginnya menggigit. Aku
share kamar sama kakakku di lantai dua. Begitu masuk kamar langsung minta
pelayan hotel buat nyalain heater. Udah sejam tapi si heater kok enggak ngefek,
akhirnya kita berkesimpulan kalau si heater rusak. Muncul ide tidur berempat sama nyokap dan
adik biar enggak dingin. Dua tempat tidur digabungin dan tidur dempet-dempetan.
Heater di kamar ibu juga enggak ngefek, kulit kaki dan tangan sampai keriput.
Tidur pakai longjohn dan baju tumpuk-tumpuk tetep dingin. Tangan ditaruh di
bokong biar hangat tapi kok enggak ngefek. Gigi sampai geretukan. Sebenarnya
sih menurut rencana jam 1 pagi naik gunung Sinai tapi karena cuaca yang dingin
pakai banget tour leader mengubah jadwal menjadi jam 6
pagi. Cerita soal naik gunung Sinai akan di bahas di tulisan lain.
Nah, pas masuk bus buat ke gunung Sinai itu kita baru tahu berapa suhu
di Morgenland. Ternyata oh ternyata -1ÂșC pantes dingin banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar