So, sudah lima tahun aku enggak bekerja penuh waktu. Maksudnya aku
bekerja lepas waktu atau istilah kerennya freelance. Sebagai pekerja lepas
waktu aku enggak punya kantor dan bekerja di rumah. Sejauh ini sih aku enjoy
aja. Kenapa enggak? Meskipun, tentu saja menjadi freelancer ada enak dan enggak
enaknya.
Keuntungan
ü Enggak perlu ke luar rumah, kantorku adalah kamar
tidur. Ketika orang-orang mesti bangun pagi dan berdesak-desakan di bus. Aku
bisa bangun jam 6 pagi dan mandi jam 9. Keuntungan lainnya adalah warna kulitku
lebih cerah dari sebelumnya. Hehehe…….
ü Lebih irit. Berhubung ngantor di rumah jadi enggak
perlu keluar uang buat transport dan makan siang. Dulu sih di kantor dapat uang
transport sama uang makan siang, tapi enggak semua kantor memberikan uang
transport dan makan siang. Pernah lebih dari sekali ngantor di perusahaan yang
enggak memberi uang transport dan makan siang.
ü Bisa atur waktu sendiri dan menjadi bos untuk diri
sendiri. Ini nih salah satu keuntungan utama bekerja lepas waktu. Kita bisa
menentukan kapan waktunya bekerja dan kapan waktunya bermain. Tapi, harus tetap
ingat deadline. Mau liburan seminggu juga enggak masalah asal kerjaan sudah
selesai.
ü Bebas pakai baju apa saja. Ya iyalah wong kerja di
rumah sendiri. Mau pakai kaos oblong sama celana pendek or pakai daster juga
enggak masalah.
ü Bebas dari politik kantor. Enggak punya kantor artinya
enggak punya bos dan teman kantor. Jadi enggak perlu menghadapi bos bipolar
atau teman kantor yang suka menusuk dari belakang.
Enggak
enaknya bekerja freelance
ü Dipandang sebelah mata sama orang-orang. Dianggap
pengangguran karena enggak pernah keluar rumah itu sudah biasa. Dituduh sebagai
pengangguran yang bakal ngabisin warisan orang tua juga pernah. Sakitnya tuh di
sini lho. Pandangan masyarakat Indonesia masih belum terbuka apa masih belum
update ya? Intinya masih banyak yang belum mengerti konsep bekerja lepas waktu
dan bekerja dari rumah.
ü Gaji enggak tetap. Namanya juga lepas waktu jadi
bayaran di dapat per proyek bukan per bulan.
ü Enggak dapat tunjangan ini itu. Kalau sakit ya bayar
sendiri, enggak ada bonus untuk hari raya.
ü Bayaran dipotong pajak. Ini yang bikin nyesek,
meskipun penghasilan enggak tetap tapi tetep ya pakai acara dipotong pajak
setiap kali dapat bayaran. Teganya, teganya…….
ü Kurang gaul. Maksudnya karena enggak punya rekan kerja
jadi enggak ada acara nggosip, makan siang bareng atau kelayapan pas jam makan
siang bareng teman kantor.
Apakah menjadi freelancer cocok untuk semua orang?
Jawabannya
adalah tidak. Bekerja lepas waktu hanya bisa dilakukan oleh orang yang berjiwa
bebas dan enggak ambisius. Orang yang berambisi untuk berada di puncak struktur
organisasi perusahaan tentu enggak bisa jadi pekerja lepas. Lha mau mendaki
struktur organisasi apa. Selain itu, seperti yang sudah kutulis di atas, bahwa
pandangan masyarakat Indonesia masih belum terbuka. Ada temen yang resign dan
bekerja sebagai freelance translator. Setiap ketemu tetangga di rumah si
tetangga nanya “Kok nggak kerja?” Lama-lama temenku enggak betah disangka pengangguran dan akhirnya memutuskan untuk kembali bekerja penuh waktu.
Apa yang harus dilakukan sebelum menjadi pekerja lepas waktu?
Harus siap
mental. Sebelum memutuskan menjadi pekerja lepas waktu harus dipikirkan lebih
dulu apakah sanggup menghadapi komentar-komentar yang enggak enak di kuping.
Selain itu harus siap melihat aliran dana di rekening enggak lancar. Tergantung
jenis pekerjaannya juga sih. Contohnya untuk pekerjaan yang ku lakukan dibayar
per proyek. Jadi bisa aja bulan ini ada pemasukan, bulan depan enggak ada
pemasukan sama sekali. Dulu pernah dapat pekerjaan freelance tapi dibayar per bulan tapi jumlahnya
tergantung berapa banyak yang kukerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar