Naik naik ke puncak gunung. Tinggi, tinggi sekali. Kiri kanan ku lihat saja
ada pohon cemara. Lagu itu enggak berlaku saat kita naik gunung Sinai di Mesir.
Gunung Sinai ini kanan kiri isinya batu, mau gede mau kecil bisa ditemukan di
sini. Pohon cuma lihat satu dua.
Pohonnya cuma dua kan. |
Aku berkesempatan naik gunung Sinai akhir Desember tahun lalu. Jarak
dari hotel ke gunung Sinai cukup dekat. Naik bus enggak sampai setengah jam
udah sampai. Tapi untuk ke gunung Sinai jelas enggak bisa naik bus. Bus hanya
sampai di tempat parkir dari tempat parkir kita naik van menuju Saint Catherine
Monastery yang menjadi basecamp orang-orang yang mau naik gunung Sinai. Dari
sini boleh milih jalan kaki atau naik unta. Kalau naik unta sekali jalan
tarifnya USD 25 plus tip USD 1 untuk si tukang unta.
Untuk mempersingkat waktu dan biar lebih cepat, rombonganku naik unta
semua. Baliknya boleh pilih mau jalan or naik unta. Berhubung kita berangkat
udah pagi bukan pagi-pagi buta layaknya peziarah lain, tempatnya sepi hanya ada
rombonganku. Biasanya orang naik gunung Sinai dini hari untuk menikmati
matahari terbit di atas gunung. Berhubung kondisi cuaca yang terlalu dingin
tour leader mengundurkan jadwal naik gunung dari jam 1 dini hari menjadi jam 6.
Perjalanan naik unta ditempuh selama kurang lebih satu jam. Sebelum
berangkat anggota rombongan udah pada ribut kalau si unta bau sampai pada beli
poncho seharga USD 5 di salah satu toko di Morgenland. Aku sama kakakku juga
ikutan beli sih. Tante yang pernah naik Sinai juga mewanti-wanti untuk langsung
mencuci pakaian yang digunakan naik unta karena baunya enggak ilang-ilang. Emang
bau unta kayak apa sih? Menurutku sih biasa aja, baunya mirip anjing yang
enggak mandi berhari-hari. Jadi pas anggota rombongan mengeluh bau untanya
enggak ilang-ilang, aku enggak merasakan hal yang sama. Lha wong tiap hari
gaulnya sama anjing kok. Hidung udah kebal sama baunya. Hehehe…….
Selama naik unta ada guide yang ngikutin. Satu guide bisa bawa 2-3 unta.
Tadinya aku dapat guide yang udah bapak-bapak, kayaknya si bapak capek karena
diganti sama guide yang masih ABG. Unta ini sepertinya termasuk binatang yang
selalu happy. Hahaha….. Lihat aja mukanya selalu nyengir gitu. Selama perjalanan
beberapa kali di pukul sama guide, sampai kasihan sama si unta dan pengin
neriakin si guide.
Tuh kan si unta mukanya happy. |
Guide dan helper di gunung Sinai adalah orang Baduy. Mereka mencari duit
dengan mengandalkan wisatawan. Sayangnya gara-gara pengeboman pesawat Rusia di
Sinai jumlah wisatawan yang datang ke Mesir turun drastis. Sehingga pendapatan
orang-orang Baduy di Sinai juga turun. Kebetulan wisatawan terbanyak yang
datang ke Sinai adalah orang Rusia.
Unta hanya bisa mengantar kita sampai ke parkiran unta. Dari sini kita
harus jalan kaki menaiki 1000 tangga. Jangan membayangkan tangga di sini
seperti tangga biasa karena ini hanya sebutan dan bukan tangga. Jumlahnya juga
enggak tahu berapa, pokoknya banyak. Untuk sampai ke puncak gunung Sinai butuh
waktu 1 jam (tergantung tingkat kecepatan). Jalan terjal dan curam, jadi harus
ekstra hati-hati kalau enggak pengin jatuh. Udara super dingin juga menjadi
kendala. Harus berhenti tiap 5 menit untuk bernafas. Sebentar-sebentar nafas
udah ngos-ngosan. Sebenarnya ibu melarang aku naik gunung Sinai, gara-gara
beberapa minggu sebelum berangkat ke Mesir sempat terjadi drama. Pagi-pagi aku
mengalami sesak nafas sampai di bawa ke IGD segala. Dokter jaga mendiagnosis
aku kena GERD (Gastroesophageal Reflux
Disease
atau penyakit asam lambung). Waktu periksa ke dokter penyakit dalam beliau
ngomong kalau aku enggak kena GERD. Enggak tahu deh aku sesak nafas karena apa.
Yang pasti aku emang udah niat naik gunung Sinai, and it is worth it. Bila ada
kesempatan pengin ke sana lagi, tapi enggak mau nginep di Morgenland lagi.
Terjal dan berbatu. |
Gereja Ortodoks di Gunung Sinai. |
Pas turun sengaja pilih jalan kaki biar lebih terasa ziarahnya. Istilahnya
napak tilas perjalanan nabi Musa. Kan tujuan ke Mesir buat ziarah. Hehehe……. Di
gunung inilah nabi Musa menerima wahyu berupa sepuluh perintah Allah. Jangan Tanya
apa saja isinya karena aku udah lupa. Jadi penasaran seperti apa kondisi gunung
Sinai pada jaman itu. Pasti medan yang dilalui lebih sulit. Nah, untuk
perjalanan turun lebih lama karena harus berkali-kali berhenti untuk istirahat.
Kaki rasanya mau copot saking capeknya. Jadilah aku termasuk rombongan yang ada
di urutan paling akhir. Peserta lain udah nunggu di depan biara Santa Katarina
pas aku sampai. Perjalanan yang melelahkan tapi sangat berkesan. I'll be back.
Biara Santa Katarina. Sayang enggak sempat masuk sana. |
kapan aku bisa kesana yah mbak huhuhuhu
BalasHapuswow keren sekali ya pemandangannya!
BalasHapusAugust voucher deals (diskon 30ribu)
https://shopee.co.id/pc_event/?smtt=201.3455&url=https%3A%2F%2Fshopee.co.id%2Fevents3%2Fcode%2F393757927%2F%3Fsmtt%3D201.3455
Next month aku ke Israel. Soal gn Sinai. katanya sekrg utk naik tangga ada gaet juga ? bayar berapa kah utk gaet khusus naik tanggal ? Dan utk ongkos onta turun ( krn saya pasti gak kuat ) biayanya Usd 25 juga ? atau bisa lebih murah ? Thz.
BalasHapusJadi baiaya onta PP -- usd 50 ?
BalasHapus