Rabu, 13 Juli 2016

Naik Unta Ke Gunung Sinai

Naik naik ke puncak gunung. Tinggi, tinggi sekali. Kiri kanan ku lihat saja ada pohon cemara. Lagu itu enggak berlaku saat kita naik gunung Sinai di Mesir. Gunung Sinai ini kanan kiri isinya batu, mau gede mau kecil bisa ditemukan di sini. Pohon cuma lihat satu dua.
Pohonnya cuma dua kan.

Aku berkesempatan naik gunung Sinai akhir Desember tahun lalu. Jarak dari hotel ke gunung Sinai cukup dekat. Naik bus enggak sampai setengah jam udah sampai. Tapi untuk ke gunung Sinai jelas enggak bisa naik bus. Bus hanya sampai di tempat parkir dari tempat parkir kita naik van menuju Saint Catherine Monastery yang menjadi basecamp orang-orang yang mau naik gunung Sinai. Dari sini boleh milih jalan kaki atau naik unta. Kalau naik unta sekali jalan tarifnya USD 25 plus tip USD 1 untuk si tukang unta.
Untuk mempersingkat waktu dan biar lebih cepat, rombonganku naik unta semua. Baliknya boleh pilih mau jalan or naik unta. Berhubung kita berangkat udah pagi bukan pagi-pagi buta layaknya peziarah lain, tempatnya sepi hanya ada rombonganku. Biasanya orang naik gunung Sinai dini hari untuk menikmati matahari terbit di atas gunung. Berhubung kondisi cuaca yang terlalu dingin tour leader mengundurkan jadwal naik gunung dari jam 1 dini hari menjadi jam 6.
Perjalanan naik unta ditempuh selama kurang lebih satu jam. Sebelum berangkat anggota rombongan udah pada ribut kalau si unta bau sampai pada beli poncho seharga USD 5 di salah satu toko di Morgenland. Aku sama kakakku juga ikutan beli sih. Tante yang pernah naik Sinai juga mewanti-wanti untuk langsung mencuci pakaian yang digunakan naik unta karena baunya enggak ilang-ilang. Emang bau unta kayak apa sih? Menurutku sih biasa aja, baunya mirip anjing yang enggak mandi berhari-hari. Jadi pas anggota rombongan mengeluh bau untanya enggak ilang-ilang, aku enggak merasakan hal yang sama. Lha wong tiap hari gaulnya sama anjing kok. Hidung udah kebal sama baunya. Hehehe…….
Selama naik unta ada guide yang ngikutin. Satu guide bisa bawa 2-3 unta. Tadinya aku dapat guide yang udah bapak-bapak, kayaknya si bapak capek karena diganti sama guide yang masih ABG. Unta ini sepertinya termasuk binatang yang selalu happy. Hahaha….. Lihat aja mukanya selalu nyengir gitu. Selama perjalanan beberapa kali di pukul sama guide, sampai kasihan sama si unta dan pengin neriakin si guide.
Tuh kan si unta mukanya happy.

Guide dan helper di gunung Sinai adalah orang Baduy. Mereka mencari duit dengan mengandalkan wisatawan. Sayangnya gara-gara pengeboman pesawat Rusia di Sinai jumlah wisatawan yang datang ke Mesir turun drastis. Sehingga pendapatan orang-orang Baduy di Sinai juga turun. Kebetulan wisatawan terbanyak yang datang ke Sinai adalah orang Rusia.
Unta hanya bisa mengantar kita sampai ke parkiran unta. Dari sini kita harus jalan kaki menaiki 1000 tangga. Jangan membayangkan tangga di sini seperti tangga biasa karena ini hanya sebutan dan bukan tangga. Jumlahnya juga enggak tahu berapa, pokoknya banyak. Untuk sampai ke puncak gunung Sinai butuh waktu 1 jam (tergantung tingkat kecepatan). Jalan terjal dan curam, jadi harus ekstra hati-hati kalau enggak pengin jatuh. Udara super dingin juga menjadi kendala. Harus berhenti tiap 5 menit untuk bernafas. Sebentar-sebentar nafas udah ngos-ngosan. Sebenarnya ibu melarang aku naik gunung Sinai, gara-gara beberapa minggu sebelum berangkat ke Mesir sempat terjadi drama. Pagi-pagi aku mengalami sesak nafas sampai di bawa ke IGD segala. Dokter jaga mendiagnosis aku kena GERD (Gastroesophageal Reflux Disease atau penyakit asam lambung). Waktu periksa ke dokter penyakit dalam beliau ngomong kalau aku enggak kena GERD. Enggak tahu deh aku sesak nafas karena apa. Yang pasti aku emang udah niat naik gunung Sinai, and it is worth it. Bila ada kesempatan pengin ke sana lagi, tapi enggak mau nginep di Morgenland lagi.


Terjal dan berbatu.
Gereja Ortodoks di Gunung Sinai.


Pas turun sengaja pilih jalan kaki biar lebih terasa ziarahnya. Istilahnya napak tilas perjalanan nabi Musa. Kan tujuan ke Mesir buat ziarah. Hehehe……. Di gunung inilah nabi Musa menerima wahyu berupa sepuluh perintah Allah. Jangan Tanya apa saja isinya karena aku udah lupa. Jadi penasaran seperti apa kondisi gunung Sinai pada jaman itu. Pasti medan yang dilalui lebih sulit. Nah, untuk perjalanan turun lebih lama karena harus berkali-kali berhenti untuk istirahat. Kaki rasanya mau copot saking capeknya. Jadilah aku termasuk rombongan yang ada di urutan paling akhir. Peserta lain udah nunggu di depan biara Santa Katarina pas aku sampai. Perjalanan yang melelahkan tapi sangat berkesan. I'll be back.
Biara Santa Katarina. Sayang enggak sempat masuk sana.

4 komentar:

  1. kapan aku bisa kesana yah mbak huhuhuhu

    BalasHapus
  2. wow keren sekali ya pemandangannya!


    August voucher deals (diskon 30ribu)

    https://shopee.co.id/pc_event/?smtt=201.3455&url=https%3A%2F%2Fshopee.co.id%2Fevents3%2Fcode%2F393757927%2F%3Fsmtt%3D201.3455

    BalasHapus
  3. Next month aku ke Israel. Soal gn Sinai. katanya sekrg utk naik tangga ada gaet juga ? bayar berapa kah utk gaet khusus naik tanggal ? Dan utk ongkos onta turun ( krn saya pasti gak kuat ) biayanya Usd 25 juga ? atau bisa lebih murah ? Thz.

    BalasHapus
  4. Jadi baiaya onta PP -- usd 50 ?

    BalasHapus